Lompat ke konten

Rainbow Castle

Anak Mengalami Gangguan Pemrosesan Sensorik ?
Simak Tips Penting Bagi Orangtua Ini!

Gangguan Pemrosesan Sensorik biasanya dikenal juga dengan SPD atau Sensory Processing Disorder. Ketika anak seringkali menangis bila berada di kerumunan, sering merasa gak nyaman jika pakai baju berlabel / tag, atau si kecil terlihat luar biasa energik setiap hari, kemungkinan buah hati mengalami SPD. Meski tidak jarang dijumpai, sayangnya masih banyak orangtua yang belum familiar dengan SPD. 

Lantas, apakahSensory Processing Disorder (SPD) itu? Bisa dikatakan SPD terjadi ketika anak mengalami masalah neurologis yang ditandai hambatan informasi pada otak dan indera (sensori). Misalnya, indera sentuhan, indera penglihatan, indera penciuman, indera pendengaran, indera pengecap, serta keseimbangan. Anak-anak dengan gangguan pemrosesan sensorik mengalami kesulitan menafsirkan dan mengelola sensasi yang disampaikan oleh lingkungan dan tubuhnya sendiri. 

Kendala-kendala ini mungkin dianggap sepele bagi orang lain. Namun, bagi anak dengan SPD bisa menyebabkan kurang fokus di kelas dan kesulitan belajar. 

Bagaimana Mengatasi Gangguan Pemrosesan Sensorik Pada Anak? 

Ada beberapa hal yang perlu diingat orangtua untuk membantu anak dengan gangguan pemrosesan sensorik. Antara lain: 

 

1. Kenali tanda-tandanya

Masalah sensorik dapat membuat anak kurang fokus, hiperaktif, atau impulsif. Coba cek hal-hal berikut:

  • Sensasi apa yang sering dihindari anak? Beberapa yang umum seperti sentuhan, atau gerakan tak terduga, label pakaian, bunyi sirene, lampu yang berdengung, dan lainnya.  
  • Sensasi apa yang sering dicari anak secara aktif? Misalnya, apakah anak senang berayun, melompat, mengunyah permen karet, dan lainnya. 
  • Sensasi apa yang dapat menenangkan anak? Misalnya, apakah anak senang berendam di bak mandi, senang dipeluk, berada di kamar, dan lainnya. 

 

2. Memahami kebutuhan sensorik dibalik perilaku  anak

Contohnya, anak yang aktif cenderung banyak bergerak atau berlarian untuk menghabiskan energinya. Orangtua dapat menemukan kegiatan yang bisa membantu anak “menyalurkan” kebutuhan sensorinya dengan lebih baik. Contoh: ajaklah anak untuk berlari di halaman rumah, bersepeda, berolahraga, melompat di trampolin, dan lainnya. Kebutuhan tiap anak akan sangat berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, amat dibutuhkan pemeriksaan ahli seperti dokter dan psikolog anak yang memahami sensori integrasi.

 

3. Berikan pujian

Hadiahi anak dengan kata-kata yang positif dan spesifik. Berikan pujian ketika anak sudah berusaha dan mau mendengarkan orangtuanya. Hal ini bisa membuat anak termotivasi untuk mengulang tindakan baik lainnya.

Menciptakan Lingkungan Diet  Sensorik untuk Anak-anak

Diet sensori adalah memodifikasi lingkungan fisik anak untuk membantu anak mengintegrasi sensorinya sehingga bisa membantu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak. Diet sensorik ini sangat unik di desain bagi setiap anak dan diperlukan pengawasan ahli dalam mendesain diet sensori. Tidak bisa mengikuti diet sensori orang lain. Beberapa contoh diet sensori yang mungkin disarankan untuk anak sesuai dengan ciri khas kebutuhan sensorinya antara lain: 

 

a. Sensitivitas Visual

  • Hindari lampu fluorescent atau lampu TL (tube lamp). 
  • Kurangi gangguan visual dengan merapikan barang-barang.
  • Desain ruang belajar atau kamar tidur yang simpel.
  • Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk membaca buku pelajaran.

 

b. Sensitivitas Pendengaran

  • Periksakan bagian telinga anak di bagian hyperacusis (sensor frekuensi suara). 
  • Berikan headphone/ earphone ketika anak merasa bising.

 

c. Sensitivitas Taktil

  • Pilih kain seperti katun agar lebih nyaman di kulit anak. 
  • Berikan pakaian tanpa label atau tag merek.
  • Siapkan permen karet. 
  • Bagi anak hipersensitif dapat diberikan mainan jari seperti spinner, yoyo, finger puppets, dll. 

Aktivitas Seru dan Ceria Melatih Sensorik untuk Anak-anak 

Aktivitas menyenangkan untuk melatih kemampuan anak dengan gangguan pemrosesan sensorik tentunya juga berbeda sekali antara satu anak dengan anak lain. Beberapa aktivitas diantaranya adalah:

 

  1. Aktivitas dengan mainan

  • Lompat tali
  • Hula hoop
  • Merangkak
  • Bola Hopper
  • Peregangan lengan/ punggung, dll

 

  1. Aktivitas hobi

Anak-anak juga bisa mengatasi kendala sensorik dengan melakukan hobi atau aktivitas lain di sekitar rumah. Kegiatan ini menjadikan anak bermain sambil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:

  • Memasak: Kenakan buah hati Anda sarung tangan sekali pakai untuk membuat adonan atau mencetak kue. Jika anak merasa tidak nyaman saat menyentuh adonan, mereka bisa tetap mendapat stimulasi sensorik tanpa mengganggu reseptor di tangan anak-anak. 
  • Mengangkat/ membawa benda: Anak-anak dengan Gangguan Pemrosesan Sensori (Sensory Processing Disorder) cenderung memiliki tonus otot yang rendah. Sehingga, aktivitas atau latihan angkat beban dapat membantu. Misalnya, minta anak membawa bahan makanan atau menaruh piring ke wastafel setelah makan. 

Perlu diingat, gangguan pemrosesan sensori atau SPD (Sensory Processing Disorder) pada anak memiliki gejala, perilaku, dan penyebab yang berbeda-beda. Terkadang, gejala SPD sangat mirip dengan autism, hiperaktif,, dan gangguan lainnya. Maka itu, diperlukan diagnosa dari dokter spesialis yang tepat atau psikolog anak. Hindari melakukan self-diagnosis.

Jadi, yuk pastikan orangtua segera berkonsultasi dengan dokter spesialis atau psikolog anak yang memahami tentang sensori pada anak. Jauh lebih baik jika dokter dan psikolog ada dalam satu tim memeriksakan anak, seperti yang dilakukan di klinik Rainbow Castle. Hal ini sangat penting agar orangtua mendapat diagnosis akurat kondisi SPD yang dialami buah hati. Tim dokter dan psikolog dapat merekomendasikan terapi, diet sensori di rumah, atau tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Artikel Terpopuler :

Sorry. No data so far.